Wednesday, January 23, 2013

Air Susu Ibu (ASI)

Setiap manusia pada umumnya mernpunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan¬-bulan pertama kehidupan.


Dalam upaya meningkatkan penggunaan Air Susu Ibu (ASI) diperlukan suatu pengetahuan yang cukup memadai dari siapa saja yang terkait dengan upaya tersebut. Pengetahuan dasar yang harus dimiliki yaitu anatomi payudara dan fisiologi laktasi. Alasan mengapa ASI sangat dianjurkan untuk semua bayi karena komposisi gizinya dan zat-zat anti yang terkandung di dalamnya menunjang tumbuh kembang anak.



I.            PEMBAHASAN
A.       Perkembangan Payudara
Kelenjar mammae manusia berasal dari ektoderm. Kelenjar ini pertama kali dapat terlihat pada embrio yang berusia 4 minggu sebagai tunas (bud) atau nodul jaringan epitel yang tampak di sepanjang garis yang disebut krista susu. Pada embrio yang lebih berkembang. krista ini meluas dari midaksila sampai daerah ingui­nal dan mungkin merupakan lokasi payudara atau puting yang berjumlah banyak (supernumerary) pada orang dewasa. Nodul epitel yang rudimenter awalnya terbenam di dalam mesenkim embrionik, yang kemudian akan mengalami diferensiasi lebih lanjut. tampaknya di bawah pengaruh sinyal parakrin dari mesenkim. Tunas epitel sekunder membentuk korda selular yang memanjang, bercabang, dan berongga. Korda ini menjadi duktus ekskretoris dan laktiferus pada kelenjar mammae.
Kelenjar mammae manusia merupakan struktur tuboalveolar yang terdiri atas 15-25 lobus yang iregular yang letaknya radier menjauhi puting. Setiap lobus terbenam dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh lapisan jaringan ikat padat. Setiap lobus lebih jauh lagi dibagi menjadi lobulus, dihubungkan ke puting oleh duktus laktiferus. Duktus laktiferus dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis. Jaringan ikat longgar (stroma) mengelilingi duktus laktiferus dan dapat mengalami pelebaran selama menyusui.
Saat lahir, payudara menjadi rudimenter dan hampir seluruhnya terdiri atas duktus laktiferus. Walaupun payudara tersebut dapat mensekresi beberapa tetes susu, yang disebut `susu palsu', fungsi sekretorik ini hanya sebentar raja dan payudara dengan cepat men­jadi tenang sampai pubertas. Setelah menarke, pajanan terhadap progesteron siklis menginduksi pertumbuhan duktus selanjutnya dan perkembangan lobulus yang rudimenter pada ujung duktus. Epitel duktus tetap sensitif terhadap stimulasi estrogen selama tahun-tahun reproduksi wanita; jaringan stroma tetap sensitif terhadap stimulasiprogesteron. Payudara terns membesar selama beberapa tahun setelah menarke bersamaan dengan duktus laktiferus yang secara progresif bercabang-cabang, memanjang, dan berlumen, serta jaringan adiposa yang berakumulasi. Akan tetapi, perkembangan lobulus tidak akan melewati tahap rudimenter pada keadaan tidak adanya kehamilan.
Pada awal kehamilan terdapat pertumbuhan dan pencabangan yang cepat pada bagian terminal lobulus yang rudimenter. Vaskularitas meningkat dengan cepat. Wanita yang hamil sering merasakan kedua perubahan ini sebagai perasaan `kesemutan' atau `ketegangan' pada payudara. Perubahan ini dapat mulai dirasakan sesaat setelah kon­sepsi dan berlangsung selama trimester pertama. Sekitar kehamilan minggu ke-8, mulai terjadi diferensiasi alveolar yang sesungguhnya. Asinus kelenjar yang sesungguhnya terlihat sebagai alveolus berlu­men yang dibatasi oleh satu lapis sel mioepitel. Sel mioepitel yang memiliki banyak cabang membentuk jaringan longgar di sekeliling alveolus. Alveolus berhubungan dengan duktus laktiferus yang lebih besar melalui duktus intralobular. Sekresi alveolar dimulai pada kehamilan trimester kedua. Pada trimester ketiga, sekresi yang kaya imunoglobulin tampak memenuhi alveolus.
Meskipun peran steroid ovarium pada perkembangan payudara telah terbukti secara klinis (keadaan kegagalan gonad prapubertas berhubungan dengan tidak adanya perkembangan payudara), na­mun model pada binatang menunjukkan bahwa hormon lain juga mungkin terlibat pada perkembangan payudara manusia. Pajanan insulin menyebabkan terjadinya multiplikasi sel epitel dan pem­bentukan arsitektur lobuloalveolar. Diferensiasi secara sitologis dan fungsional yang sempurna pada sel epitel yang membatasi alveolus membutuhkan pajanan kortisol, insulin, dan prolaktin. Reseptor faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan mirip insulin I (insulin-like growth factor 1, IGF-I) dan faktor pertumbuhan epidermal (epidermal growth factor, EGF) yang telah diketahui terdapat pada sel payudara manusia, menunjukkan adanya peran penting dari ligan-ligannya pada perkembangan struktur dan fungsi payudara.

B.       Pembentukan Air Susu
Air susu ibu mengandung lebih dari 100 zat. Pada dasarnya air susu merupakan emulsi lemak dalam fase cairan yang isotonik dengan plasma. Air susu manusia yang telah matang mengandung 3-5% lemak, 1% protein, 7% laktosa, dan 0,2% mineral, serta memberikan kalori sebesar 60-75 kkal/dL. Kelompok lemak utama pada air susu manusia adalah trigliserida, yang memiliki kadar asam palmitat dan asam oleat yang paling banyak. Protein-protein yang utama pada air susu manusia adalah kasein, oc-laktoalbumin, laktoferin imunoglobulin A, lisozim, dan albumin. Kasein dan oc-laktoalbumin merupakan protein susu yang spesifik; a-laktoalbumin merupakan bagian dari kompleks enzim laktosa sintetase. Laktosa merupakan jenis gula utama pada air susu manusia. Asam amino bebas, urea, kreatinin, dan kreatin juga terdapat dalam air susu. Mineral yang dikandung meliputi natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, dan klorida. Saat meneliti komposisi air susu manusia, beberapa hormon peptida, termasuk EGF, faktor pertumbuhan transformasi (transform­ing growth factor-a, TGF-a), somatostatin, IGF-I dan IGF-II juga ditemukan. Air susu yang pertama kali dikeluarkan setelah melahir­kan disebut kolostrum. Kolostrum mengandung protein yang lebih tinggi (sebagian besar imunoglobulin) serta kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan air susu yang diproduksi kemudian.
Sel epitel alveolus yang memproduksi susu merupakan sel yang terpolarisasi dan sangat berdiferensiasi yang berfungsi meng­akumulasi, mensintesis, mengemas, dan mengeluarkan komponen-­komponen air susu. Setidaknya empat jalur transelular dibutuhkan untuk pembentukan air susu yang sesuai di dalam alveolus payu­dara. Jalur yang pertama meliputi sekresi kation monovalen dan air. Air dialirkan melewati sel alveolus melalui gradien konsentrasi yang dibangun oleh gula susu yang spesifik; ion-ion mengikuti gradien elektrokimia. Jalur yang kedua meliputi transpor imunoglobulin yang dimediasi reseptor. Imunoglobulin A memasuki sel epitel setelah berikatan dengan reseptornya, menjadi terinternalisasi dan ditranspor ke aparatus Golgi atau membran apikal pada sel untuk disekresi. Jalur yang ketiga meliputi sintesis dan transpor lemak susu, yang disintesis di claim sitoplasma dan retikulum endoplasma halus. Lemak susu kemudian beragregasi menjadi droplet yang bergabung untuk membentuk globul lemak yang lebih besar. Globul lemak kemudian dikeluarkan dari bagian apikal sel ke dalam lumen alveolar. Jalur yang terakhir meliputi eksositosis vesikel sekretorik yang mengandung protein susu spesifik, kalsium, fosfat, sitrat, dan laktosa. Vesikel ini terbentuk di dalam aparatus Golgi. Di sini, kasein, yang merupakan suatu protein susu spesifik, memben­tuk misel dengan kalsium dan fosfat. Golgi bersifat impermeabel terhadap laktosa. Karena laktosa merupakan gula yang aktif secara osmotik, air ditarik ke dalam Golgi sehingga kandungan laktosa menentukan volume cairan susu. Jalur yang kelima dibutuhkan untuk pembentukan air susu. Jalur ini bukan merupakan jalur transelular, namun paraselular. Imunoglobulin seperti IgA, plasma protein, dan leukosit dapat bergerak di antara sel alveolar yang telah kehilangan persambungan eratnya (tight junction).

C.       Regulasi Produksi Air Susu
Regulasi kuantitas dan kandungan air susu ibu sebagian besar be­rada di bawah kontrol hormonal, dengan prolaktin sebagai hormon pengatur utama pada manusia, walaupun kerjanya membutuhkan sinergisme dengan beberapa hormon lainnya. Konsentrasi prolak­tin di dalam plasma meningkat selama kehamilan, dari di bawah 20 ng/mL menjadi lebih dari 200 ng/mL. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin serum basal tetap meningkat selama 4-6 minggu postpartum, kemudian menurun hingga kadar seperti sebelum kehamilan walaupun masih menyusui. Selama sekitar 2 bulan kemudian, isapan bayi dapat menyebabkan lonjakan pelepasan prolaktin. Walaupun dengan produksi air susu sekitar satu liter atau lebih per hari, refleks ini juga menghilang secara bertahap.
Peran prolaktin yang paling penting pada awal masa menyusui terjadi dengan memblok sekresi hormon dari hipofisis dengan meng­gunakan agonis dopamin, yaitu bromokriptin. Saat bromokriptin diberikan pada wanita sesaat setelah melahirkan, kadar prolaktin turun dengan cepat sehigga mencapai kadar sebelum hamil. Pem­besaran payudara dan laktasi tidak akan terjadi. Estrogen juga dapat digunakan untuk menekan laktasi segera setelah melahirkan, namun dengan mekanisme yang berbeda. Setelah pemberian estrogen, kadar prolaktin tetap meningkat, namun tidak ada air susu yang terbentuk. Estrogen menghambat kerja prolaktin pada payudara, yang mungkin merupakan penyebab mengapa laktasi tidak terjadi sebelum kelahiran. Setelah plasenta lahir, tidak ada lagi sumber estrogen yang bersirkulasi dalam jumlah besar. Kadar estrogen yang bersirkulasi turun drastis dan air susu mulai dibentuk dalam 24-48 jam. Pemberian bromokriptin selanjutnya setelah periode melahirkan juga menghambat laktasi, namun hanya sampai proses ini tidak bergantung lagi pada prolaktin.
Prolaktin memiliki beberapa efek pada tingkat selular. Prolak­tin menstimulasi sintesis 13-laktoglobulin dan kasein pada jaringan payudara oleh insulin dan kortisol. Prolaktin menstabilkan kasein mRNA, memperlama waktu paruhnya hingga delapan kali lipat. Prolaktin menstimulasi sintesis lemak susu, dan mungkin terlibat dalam transpor natrium dalam jaringan mammae. Yang menarik, dan tidak seperti hormon polipeptida lainnya, pengikatan prolaktin ke reseptornya tidak menstimulasi aktivitas adenilat siklase.

D.       Refleks Laktasi
Walaupun prolaktin bertanggung jawab dalam memulai produksi air susu, penyampaian air susu ke bayi dan pemeliharaan laktasi ber­gantung pada stimulasi mekanis pada puting susu. Stimulus isapan bayi dikenal sebagai ejeksi atau pengeluaran air susu. Walaupun isapan merupakan stimulus utama untuk pengeluaran air susu, namun refleks ini dapat dikondisikan. Tangisan atau pandangan bayi dan persiapan payudara untuk menyusui dapat menyebabkan pengeluaran air susu, sementara rasa nyeri, malu, dan alkohol dapat menghambat pengeluaran tersebut.
Refleks menghisap dimulai saat impuls sensoris yang berasal dari puting masuk ke medula spinalis melalui akar dorsalnya. Jalur saraf multisinaps naik ke nukleus supraoptik magnoselular dan paraventrikular pada hipotalamus melalui neuron-neuron yang mengandung aktivin di dalam traktus nukleus solitarius. Pengenalan terhadap impuls menyebabkan pelepasan oksitosin secara episodik dari hipofisis posterior. Oksitosin kemudian menstimulasi sei­se! mioepitel yang melapisi duktus untuk berkontraksi, sehingga menyebabkan `ejeksi' air susu.
Lonjakan yang besar pada pelepasan prolaktin sementara ber­hubungan dengan pelepasan episodik oksitosin yang diinduksi oleh proses menyusui, namun lonjakan ini nantinya tidak akan dipengaruhi oleh perubahan oksitosin. Denyutan prolaktin menginduksi pemben­tukan air susu untuk proses menyusui berikutnya. Merokok dapat menghambat lonjakan prolaktin ini dan menyebabkan penurunan produksi air susu.
Refleks menghisap juga mempengaruhi aktivitas generator denyut GnRH. Isapan menghambat pelepasan gonadotropin dan biasanya tidak terjadi ovulasi. Efektivitas laktasi dalam menekan fungsi gonad secara langsung berhubungan dengan frekuensi dan durasi menyusui. Di komunitas pemburu Kung di Afrika, rerata interval antara kelahiran adalah 44 bulan, walaupun mereka melakukan koitus segera setelah melahirkan dan tidak menggunakan kontrasepsi. Para ibu menyusui setiap 15 menit dan anak-anak selalu dekat dengan ibunya siang dan malam selama 2 tahun atau lebih.

E.       Protein dalam ASI
ASI mengandung protein lebih rcndah dari Air Susu Sapi (ASS), tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna). Keistimewaan dari protein pada ASI ini adalah:
1.      Rasio protein "whey" : kasein = 60 : 40, dibandingkan dengan ASS yang rasionya 20 : 80. Hal ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan dari protein "whey" lebih halus daripada kasein sehingga protein "whey" lebih mudah dicerna,
2.      ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan ASS mengandung juga beta­aktoglobulin dan bovine serum aibumin yang sering menyebabkan alergi,
3.      ASI mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi, yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin.
4.      Kadar methionin dalam ASI lebih rendah dari ASS, sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini sangat menguntungkan karena enzirn sistationase yaitu enzim yang akan mengubah methioni menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau tidak ada. Sistin ini merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi.
5.      Kadar tirosin dan feni alanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk bayi terutama prematur karena pada bayi prematur kadar tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan perturnbuhan otak,
6.      Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting untuk sintesis protein pada ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS.

F.        Karbohidrat dalam ASI
ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5-7 gram %). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi. Dengan suasana asam di dalam usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan:
1.         Penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis.
2.         Memacu perturnbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam orga­nik dan mensintesis vitamin.
3.         Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
4.         Memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium.
Laktosa ini juga relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di dalam usus bayi lebih lama tetapi dapat diabsorpsi dengan baik oleh usus bayi. Selain laktosa yang merupakan 7% dari total ASI juga terdapat glukosa, galaktosa dan glukosarnin. Galaktosa ini penting untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis, oleh karena pembentukan mielin di medula spinalis dan sintesis galaktosida di otak membutuhkan galaktosa. Glukosamin merupakan bifidus faktor, di sam­ping laktosa, jadi ini memacu pertumbuhan Laktobasilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.

G.      Lemak dalam ASI
Kadar lemak dalam ASI dan ASS relatif sama, merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E dan K) dan sumber asam lemak yang esensiil. Keistimewaan lemak dalam ASI jika dibandingkan dengan ASS adalah:
1.      Bentuk emulsi lebih sernpurna. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi.
2.      Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 x dalarn ASS. Asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam kadar yang tinggi yang terpenting adalah:
a.         Rasio asam linoleik: oleik yang cukup akan memacu absorpsi lemak dan kalsium, dan adanya garam kalsiurn dari asam lemak ini akan mamacu perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia.
b.         Asam lemak rantai panjang (arachidonic dan docadexaenoic) yang her­peran dalam parkembangan otak
c.         Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme kolesterol yang akan mengendalikan kadar kolesterol dikelak kemudian hari (mencegah arteriosklerosis pada usia muda). Asam palmitat terdapat dalam bentuk yang berlainan dengan asam palmitat dari ASS. Asarn palmitat dari ASS dapat bereaksi dengan kalsium, menjadi garam Ca-palmitat yang akan mengendap dalam usus dan terbuang bersama feses.

H.       Mineral dalam ASI
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupan kadamya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi adalah konstan, tetapi heberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung dari diet dan stadium laktasi. Fe dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalarn ASI terutama adalah kalsium, kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat, yang terbanyak adalah kaliurn, sedangkan kadar Cu, Fe dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup.

I.          Air dalam ASI
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi.
J.         Vitamin, Kalori, dan Unsur-unsur Lain dalam ASI
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D dan C cukup, sedangkan golongan vitamin B, kecuali ribo­flavin dan asam pantothenik adalah kurang.
Kalori ASI relatif rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI. Sembilan puluh persen herasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein.
Laktokrom, kreatin, kreatinin, urea, xarathin, arnonia dan asam sitrat. Substansi tertentu di dalarn plasma darah ibu, dapat juga berada dalam ASI, misalnya minyak volatil dari makanan tertentu (bawang merah), juga obat-obatan tertentu seperti sulfonamide, salisilat, morfin dan alkohol, juga elemen-elemen anorganik misainya As, Bi, Fe, I, Hg dan Pb.

K.      Pengaruh Waktu pada Komposisi ASI
ASI yang pertama kali dihisap oleh bayi (menit pertama) dibandingkan ASI pada menit terakhir adalah berbeda. ASI menit pertama lebih capat encer, kernudian akan lebih kental. ASI pada menit terakhir rnengandung lemak 4-5 x dan protein 1½ x lebih banyak dibandingkan dengan ASI menit-menit pertama. Bila bayi tersebut menyusu selama 15 menit, maka:
5  menit pertama mendapatkan:         60% total volume ASI
60% total protein ASI
                                                           60% total karbohidrat ASI
                                                           40% total lemak ASI
                                                           50% total energi ASI
5 menit kedua mendapatkan:             25% total volume ASI
25% total protein ASI
                                                           25% total karbohidrat ASI
                                                           33% total lemak ASI
25% total energi ASI
5 menit terakhir adalah sisanya.
Dikatakan bahwa volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu.
Tahun pertama                                    : 400 – 700 mL/24 jam
Tahun kedua                                       : 200 – 400 mL/24 jam
Tahun ketiga                                       : sekitar 200 mL/24 jam

L.       Pengaruh Individu Terhadap Komposisi ASI
Ibu yang cemas akan lebih sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan dengan ibu yang tidak cemas. Juga ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang sudah tua. Pada kenaikan jumlah paritas ada sedikit perubahan ASI walaupun tidak bermakna:
Anak pertama        : jumlah ASI + 580 mL/24 jam
Anak kedua           : jumlah ASI + 654 mL/24 jam
Anak ketiga           : jumlah ASI + 602 mL/24 jam
Anak keempat        : jumlah ASI + 600 mL/24 jam
Anak kelima           : jumlah ASI + 506 mL/24 jam
Anak keenam         : jumlah ASI + 524 mL/24 jam

II.            PENUTUP
Mudahnya terjalin ikatan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi merupakan awal dari keuntungan memberikan ASI pada bayi. Bagi bayi tidak ada pemberian yang paling berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya. ASI tak ternilai harganya, selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki emosi yang stabil, spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Tidak ada susu buatan manusia yang dapat mendekati apalagi menyamai keuntungan alami yang diberikan oleh ASI. Keuntungan ini tidak saja diperoleh bayi, tetapi juga disarankan oleh ibu, keluarga, masyarakat, negara, bahkan lingkungan.
Untuknya adalah yang terbaik. Tiada yang dapat menandinginya. Air susu ibu adalah mata air kehidupan baginya dan sentuhan ayah adalah kekuatannya.

III.            DAFTAR PUSTAKA
Linda J. Heffner dan Danny J. Schust. 2008. At a Glence Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Purwanti Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Roesli, Utami. 2000.  Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Jakarta: Trubus Agriwidya
Soetjiningsih.1997. ASI: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

 

Air Susu Ibu (ASI) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: andhiart ab

0 comments:

Post a Comment

Untuk pembaca yang menginginkan pembahasan atau kunci jawaban dari post soal silahkan wa 08562908044 (fast respond) | monggo tinggalkan kritik, saran, komentar atau apapun ^_^