Mungkin karena bawaan semester ini yg banyak praktikum atau bukan, sampai-sampai dalam bus aja sempet-sempetnya ber-eksperimen (hehe..)
Sebelumnya, note ini terinspirasi dari teman saya, yang duduk di sebelah saya selama perjalanan mudik dari Jogja-Kebumen.
Tidak ada rencana sebelumnya untuk melakukan eksperimen ini. Seperti biasa saya mudik (sudah sebulan tidak mudik jadi mudik kali ini saya semangat sekali) naik bis dari terminal Giwangan. Bis Aman jadi pilihan untuk mengantar perjalanan yang menyenangkan ini.
Sepanjang perjalanan kali ini saya tidak merasa kesepian karena ada yang bisa diajak ngobrol, orang yang duduk di sebelah saya. Perjalanan lancar, nyaman dengan sesekali kami dihibur suara pengamen. Nah, dari pengamen inilah terbersit experimen itu.
Penumpang yang baik tentu menyiapkan uang receh untuk pengamen (hehe..). Kalau biasanya kita memberi kepada pengamen (dengan cara memasukan uang receh pada plastik yg disediakan pengamen atau menaruh pada tangan pengamen yg menengadah) kali ini kita melakukan hal yang beda. Kita tidak melakukan hal seperti biasanya tadi tetapi kita menyediakan beberapa uang receh dengan pecahan berbeda di telapak tangan. Kita membebaskan pengamen untuk mengambil sendiri. Dan apa hasilnya??
Pengamen 1: Kita menyediakan beberapa uang receh dengan pecahan berbeda tanpa berkata sepatah kata apapun. Pengamen awalnya bingung, menatap agak lama pada uang receh yang lumayan banyak itu, lalu mengambil semua uang receh yang ada di tangan.
Pengamen 2: Kita menyediakan beberapa uang receh dengan pecahan berbeda dan berkata "Mas silahkan ambil secukupnya". Pengamen jawab "Lha mba mau ikhlasnya mau ngasih berapa?". Dengan kekeuh kita njawab "Terserah mas saja, mas ambil berapapun yang menurut mas cukup". Kemudian pengamen berkata lagi dengan sebelumnya sempat berpikir lama "Ya udah mba segini saja, yang lain buat teman saya masih banyak nanti" (pengamen mengambil dua keping uang receh 500 dan 100 kayanya)
Pengamen 3: Kita menyediakan beberapa uang receh dengan pecahan berbeda dan berkata "Mas silahkan ambil secukupnya". Pengamen jawab "Lha mba mau ikhlasnya mau ngasih berapa?cepat dunk mba"(pengamen terburu-buru cs bisnya dah mau jalan dan pengamen udah mau turun). Dengan kekeuh kita njawab "Terserah mas saja, mas ambil berapapun yang menurut mas cukup". Kemudian dengan cepat pengamen mereok semua uang receh yang ada di tangan.
Dari ketiga pengamen mungkin teman-teman bisa menyimpulkan sendiri. Kesimpulan kami:
- Komunikasi itu penting. Pengamen pertama mengambil semua mungkin dipikirnya uang itu memang untuk dirinya.
- Jangan egois. Kita hidup di dunia tidak sendiri, perlu saling berbagi dengan yang lain.
- Hindari hal yang terburu-buru. Kadang kita tidak bisa berpikir lebih baik dengan terburu-buru.
Tentu masih banyak hal yang masih dapat disimpulkan dari eksperimen sederhana ini. Ya kan?? Dan banyak pula pelajaran yang dapat diambil hehe....
thanks to Djarwo, u has inspired me ^^
Saturday, May 15, 2010
Experiment in The Bus
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kalo terburu-buru berarti lebih cenderung untuk mengambil semuanya ya? Tanpa berpikir pilih-pilih. Hm... berarti saya juga jangan terburu-buru kalo mau nikah. Jadi, gak asal pilih, hehe...
ReplyDeleteAnyway, nice experiment. Pertamax! =))
biar lebih mantep, eksperimennya gini.. waktu pengamennya mau ngedeketin kamu buat minta receh, kamu pura-pura tidur, tapi kamu pegang duit lima ribuan dan dibuat sedemikian sehingga seakan-akan kayak mau lepas.. Liat aja, si pengamen mau ngambil gak.. itu benar-benar menguji keteguhan hati pengamen.. hhehehe just kidding..
ReplyDeleteAnyway, keduaxxx...
wah.. mungkin perlu juga dilakukan eksperimen yang saya untuk pengamen di kereta.. Polanya sama ato ga.. Sayang q bukan jurusan psikologi, kalo iya dah bisa jadi TA nih.. Hehe
ReplyDeleteSayang waktu itu recehnya terbatas,, baru tiga pengamen udah habis,, hehe...
ReplyDeleteMungkin kalu membandingkan penganmennya lebih banyak, lebih banyak lagi pelajaran yang dapat diambil ;;)
Woooowww...Bagus bngat ceritanya...!!! Seruuu...
ReplyDelete