"Wadauuuww...! Otakku overload nih!" Teriak Adit sesampainya di rumah.
"Emangnya kenapa mas?" Perlu di upgrade tuh hardisknya biar ga lola! hehehe..." syifa meledek.
"Kamu tuh belum ngrasain De, masih SD gini. Belum ada apa-apanya deh!" Jawab Adit tak mau kalah.
Syifa yang diperlakukan seperti anak kecil, menyungut tidak terima, "Jangan gitu donk Mas, kecil-kecil gini Syifa kaya cabe rawit loh!"
Melihat adiknya berubah keruh air mukanya, Adit berusaha menetralkan suasana, "Wah, puedes donk De... gini aja, sekarang ambilin minum donk, adikku sayangku,, Mamas haus nih."
"Mamas Syifa yang jelek, airnya ada di dapur, ga ada 100m dari sini, tinggal lurus aja, di ujung belok kanan!" Jawab Syifa menggurui, lalu ia melengos ke kamarnya.
Sekitar pukul 3 sore, terdengar suara salam dari balik pintu depan. Suara itu sudah sangat Syifa kenal. Syifa semangat menjawab salam itu dan bergegas membukakan pintu. Ketika pintu terbuka, tersenyumlah Syifa pada perempuan paruh baya di hadapannya, tidak lupa ia pun mencium tangan perempuan itu. Seperti biasanya, perempuan itu menanyakan semua hal tentang Syifa di hari itu, dari sekolahnya, teman-temannya, bahkan sampai Oogwe binatang kesayangan Syifa.
Tapi ketika pertanyaan sampai pada hal mengenai kakaknya, dengan malas Syifa menjawab “Mamas hari ini lagi error Bun...”.
Adit, yang ternyata dari awal mendengar percakapan itu, datang menghampiri. Setelah mengecup tangan bundanya, ia membela diri “Gak bener tuh Bun, nih buktinya Adit baik-baik saja kan?”. Bunda yang baik hati akhirnya menengahi “Ada apa toh Dit, adikmu berkata seperti itu pasti ada alasannya kan?”
“Gini loh Bun, tugas Adit minggu ini buanyaaak banget, belum lagi ditambah ulangan. Dateline tugas mepet, materi-materi ulangan banyak, susah lagi. Urusan di luar sekolah takut pada terbengkelai Bun. Kata orang semakin tambah usia harus lebih dewasa, harus lebih baik biar bahagia. Tapi Bun, kalau dipikir-pikir ko enakan jadi anak kecil, ga banyak pikiran.” Jawab Adit panjang lebar.
Mendengar keluhan anaknya, bunda mencoba menjawab “Setiap manusia itu punya masa dengan tahap-tahap sesuai usianya. Jika ia memaksimalkan usahanya pada tiap tahapnya, dan ia menikmatinya, bahagialah ia. Ingat, kita tidak akan mendapatkan apapun selain dari yang kita usahakan. Sejalan dengan bertambahnya usia, bertambah pula usaha yang harus kita lakukan. Masalah pun makin bertambah berat dan beragam, malah kadang terasa amat menyakitkan. Tapi, jika kita berkeyakinan bahwa semua itu merupakan tahap yang harus kita lalui menuju kebaikan, why not? Jalani dan hadapi as good as you can. Hm....ibarat jalan, kadang berliku, penuh kerikil, dan berdebu kan? Kita bisa belajar dari elektron ketika akan pindah dari kulit dengan tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi lebih tinggi diperlukan/menyerap energi... begitu juga dengan manusia, untuk menjadi lebih baik harus diperlukan usaha yang lebih besar pula.”
”Waaah... Bunda memang JUARA!” ucap Adit bangga. Syifa pun menyahut ”Betul..betul..betul..!!”
”Bundanya siapa dulu? Hehehe... Oia, habis maghrib kalian siap-siap ya! Kita jemput ayah di bandara.” Jawab bunda dengan logatnya yang khas.
”OK!” jawab Adit dan Syifa kompak.
Terinspirasi dari statusnya asisten kimdas 2.
Saturday, October 17, 2009
BELAJAR DARI ELEKTRON
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Untuk pembaca yang menginginkan pembahasan atau kunci jawaban dari post soal silahkan wa 08562908044 (fast respond) | monggo tinggalkan kritik, saran, komentar atau apapun ^_^